Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Puisi tema kartini

Kartini zaman now Aku seorang wanita masa kini Kuhidup di zaman now bukan lampau Yang tak peduli peluh deras mengucur Demi sesuap nasi untuk hidup keluarga Berjuang demi anakku menggapai mimpi Tak kenal lelah yang terus menyapa Tak kenal susah yang menggelayut Dan surya yang menghitamkan kulit Waktupun sudah tak kukenali lagi Perjuangan panjang tanpa henti Apakah aku masih disebut lemah Apakah aku masih disebut wanita biasa Atau wanita yang mengandalkan sedekah Bahkan disebut wanita peraih mimpi Perjuangan kerja keras selalu hadir Menemani hari hariku tiada henti Diiringi doa dan ucapan syukur Karna aku Kartini zaman now

Puisiku : Elok Parasmu

Elok Parasmu Kudaki dan terus kudaki Tingginya gunung semeru Kuturuni dan terus kuturuni Lembah yang curam sekali Gunung menjulang lembah curam Tiada pernah dapat kuberpaling Hamparan sawah menguning Menambah menawan insani Hamparan jamrud katulistiwa Untaian mutiara hijau nsn elok Sungguh negeri yang diberkati Dengan eloknya paras negeri kita

Puisiku : Tuhan Tak Pernah Tidur

Tuhan Tak Pernah Tidur Jika kesesakan melanda diri Ketika serangan hadir menerpa Tatkala tak tahu mau berbuat apa Manakala sakit tak bisa terbendung Bahkan derasnya air mata mengucur Yang ada tinggal rasa perih di dada Yang ada tinggal duka nestapa saja Yang ada cacian menembus relung Yang ada luka yang terus menganga Ingat wahai saudaraku semuanya Kita dicipta bukan untuk dicaci Kita dicipta bukan untuk dimaki Kita adalah ciptaan yang sempurna Tuhan melihat semua yang terjadi Lihatlah dalam hitungan waktu Walau tak balas dendam sekalipun Akan Tuhan perhitungkan semua Karena Tuhan tak pernah tidur

Puisiku : Petir Di Siang Bolong

Petir Di Siang Bolong Selasa 27 Maret 2018 Kan kuingat sepanjang masa Saat itu langit cerah merekah Tak ada tanda akan hujan Mendungpun tak bergelayut Tanpa ada tanda tanda pertanda Hanya Senin malam kubermimpi Ada makam di depan mataku Rupanya itu sebuah perlambang Tiba tiba suara petir menggelegar Membahana bak memecahkan kaca Pyar...gendang telingapun tak mampu Menahan pekatnya petir di siang bolong Kembali akal sehatku membimbingku Kuasai kendalikan jangan terbawa arus Petir itu  menguji ketahanan telingamu Jadilah pribadi yang tahan uji dan teruji